Selasa, 19 April 2011

Im Sorry

Created By: Bieber Ann Potter
Character: Justin Bieber, Lily, Ann (female character), Chaz Somers, Ryan Buttler, Christian Beadles, Pattie Malette, Jeremy Bieber.
Rated: 15++

Chapter 3: I Tried to Change...

Justin’s POV
Rencana plang siang ini kurasa akan sedikit gagal. Mungkin aku akan tetap pulang, tapi hanya untuk memastikan bahwa tidak ada orang rumah yang tahu maslah sebenarnya, terutama Ann. Rumah sepi begitu aku sampai. Hanya ada Buffy—anjing milik Ann yang sedang bermain di halaman.
Namun saat aku sedang akan memasuki kamar, seseorang berbicara di belakangku.
“ apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya. Kupalingkan wajahku dan kulihat Ann dengan tangan disilangkan di dadanya.
“ what? ” Tanyaku.
“ that’s problem, its about Joe’s brother. “
“ u don’t understand. Ini terlalu sulit untuk dimengerti” ucapku menatapnya.
“ how difficult is? ‘till u not tell ur sister?”
“ yes” kubuka pintu dan masuk kamar. Menyingkirkan beberapa botol bir kosong dan menaruhnya di sebuah box.
“ what will u do? Again..” ucap Ann.
“ I’ll finish it” ucapku mengambil amplop coklat dari lemariku dan pergi.
“ Justin! “
Namun aku tetap pergi.
Aku kemudikan Range Roverku menuju rave yang kemarin aku datangi. Aku mencari Nathan. Dia ada di sudut ruangan dan sedang menghisap rokok bersama teman- temannya. Aku menghampirinya dan langsung membentak di hadapannya. Namun suasana rave yang sangat ramai membuat orang lain di sekitar kami tak terlalihkan pada kami.
“ why did u tell like that to my sister?” ucapku sambil mencengkram kerah bajunya. Dia menyeringai padaku.
“ that’s real right?”
“ apa yang kau inginkan?”
“ heh.. mudah. Ikut bergabung lagi. Karena keabsenanmu selama sebulan lebih dalam menjalankan operasi kita itu merugikanku sebanyak itu. Dan kupikir sebentar lagi juga kau akan butuh karena tubuhmu akan mulai menagih dan kau… tidak ada uang karena kuyakin Jeremy tak akan pernah memberimu. Kau harus bergabung lagi dengan kami. Kalau tidak, berarti kau pengecut.”
“ tapi aku tidak suka caramu memberitahukan hal itu pada adikku, dia tidak ada kaitannya dengan ini semua. “
“ kalau bukan adikmu yang mengatakannya kepadamu, kau tidak akan pernah datang bukan?” dia mengembangkan senyum liciknya. Dia mendorongku dan merapikan kerah bajunya yang tadi kucengkram. “ bagaimana?”
“ give me a lil’ time. Just until school test end. Dan ini uang untuk mengganti keabsenanku.“  ucapku sambil memberikan amplop coklat berisi uang padanya. Uang itu kudapatkan dengan membongkar brankas orang tuaku dan membocor sedikir rekening mereka.
“ OK. Only 2 weeks.”  Aku pergi meninggalkannya.
Memikirkan bertapa bodohnya aku. Dan kenapa aku harus terlibat dalam semua hal ini. Hal terbodoh yang pernah aku lakukan selama hidupku. Saat itu aku benar- benar membutuhkan barang itu. Estacy. Barang yang membuat aku terjebak dalam masalah ini seumur hidupku.
Malam itu, aku meringkuk kesakitan di rumah Chaz. Persediaan estacyku sudah habis dan aku tidak tahu harus meminta kemana lagi, sedangkan Chaz juga tidak memilikinya. Dan dia datang, Nathan. Chaz meneleponnya dan menyuruhnya datang. Membawa apa yang aku butuhkan namun dengan syarat aku harus bergabung dengannya. Merampok, memperdagangkan estacy, dan hal lainnya. Aku menyanggupi saja waktu itu, yang penting rasa sakit yang menusuk- nusuk itu hilang. Awalnya memang aku biasa saja melakukan hal itu. tapi lama kelamaan aku bosan. Selain itu Ann selalu berharap padaku untuk menjadi baik.
Dan sekarang aku benar- benar terjebak. Nathan selalu memojokanku. Mengancam akan menjebakku, jika aku tak melakukan apa yang dia mau. Tapi aku yakin, tanpaku dia tak akan pernah bisa melakukan ini semua. Karena tanpaku dia tidak akan bisa membobol kunci brankas ataupun memecahkan code karena hanya aku yang tahu caranya. Teman- teman Nathan juga sama brengsek dan bodohnya.
Tapi untuk soal menjebak seseorang, Nathan sangat licik. Dia tidak akan segan- segan untuk melaporkanku ke polisi dan memutar serta mengarang fakta. Dia ahlinya berbohong. Dan di setiap operasi, dia selalu cuci tangan setelah operasi itu selesai. Seolah kejadian itu hanya dilihatnya, bukan dilakukannya.
 Aku masuk ke dalam Range Roverku dan menelungkupkan badanku ke stir. Merutuki diriku sediri. Kukeluarkan beberapa butir obat penenang dan menenggaknya langsung tanpa air dan merasakan obat itu sempat tersangkut di kerongkonganku. Langsung saja kujalankan mobilku entah kemana. Dan ditengah perjalanan, efek obatnya mulai terasa. Mataku mulai terasa berat dan ingin segera beristirahat, jadi kuputuskan untuk pulang ke rumah. Rumah sudah sepi, dan lampu yang menyala hanya lampu kamar Ann. Aku berniat lewat pintu belakang, namn tiba- tiba pintu depan terbuka dan Ann muncul dengan baju tidur birunya.
“ kau pulang?” tanya Ann. Matanya memerah karna masih terjaga hingga saat ini, kurasa.
“ ya.” Jawabku dengan mata yang sudah sangat berat.
“ kau tidak mabuk lagi kan?”
“ tidak.” Jawabku berusaha untuk tersenyum. “ kau sepertinya lelah, ayo masuk ke kamarmu. “ ucapku.
“ aku menunggumu pulang.” Gumamnya sambil kemudian mengunci pintu. Kami menaiki tangga menuju kamar kami dan masuk ke dalam kamar masing- masing.
Sesampainya di dalam kamar, aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur dan tanpa basa basi langsung tertidur pulas. Seperti biasa, tidur yang tanpa mimpi.
####
Keesokan paginya, aku bangun pukul 06:00. Sebuah rekor aku dapat bangun jam 6 pagi, karena tidak tahu akan melakukan apa, jadi kuputukan untuk mandi dan kemudian memakai seragam. Seragam? Hah… pakaian yang sudah lama tidak aku kenakan. Rasanya aneh memandang diriku di cermin memakai seragam. Lalu seseorang mengetuk pintu kamarku.
“ masuk” dan kulihat Ann sudah memakai seragam juga sama seperti aku.
“ wow, mimpi apa kau semalam?” tiba- tiba Lily melongokkan kepalanya dari balik pundak Ann. Ann tersenyum memandangku.
“ I dreamed to kick ur ass, dumbass.” Ucapku pada Lily. Dia hanya cekikikan lalu pergi.
“ sarapan?” tanya Ann.
“ ya..” ucapku sambil memutar bola mataku. Meraih tas dan menggandeng tangan Ann ke bawah.
Mom dan dad memandangku dengan sebelah mata. Lalu segera menghabskan sarapan. Dad bangun dan langsung mengambil jas dan tasnya.
“ aku berangkat.” Ujarnya lalu pergi. Begitu pula mom. Mereka selalu pergi terlebih dahulu.
“ ada beberapa kaleng sup macaroni di lemari.” Ujar mom sebelum pergi. Mereka berdua pergi begitu saja. Tanpa salam, tanya acara cium pipi pada, setidaknya kedua adikku, atau memberikan semangat sekolah. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri.
“ ayo, berangkat.” Ucapku memecah keheningan.
“ ayo.” Sahut Lily sambil mengambil tasnya.
Ann bangun dari kursi dan langsung mengikuti kami aku dan lily yang sedang menuju Range Roverku.
Lily duduk di belakang sedangkan Ann di sampingku. Kami pergi ke sekolah bersama. Pergi ke tempat yang rasanya asing buatku.
Kami berpisah. Aku pergi menuju ke kelasku. Kulihat beberapa orang menatapku memasuki kelas.
“ masuk Biebs?” tanya Bruce.
Aku hanya tersenyum samar padanya. Kemudian duduk di kursi yang masih kosong di pojok belakang kelas. Bel masuk berbunyi dan guru pertama masuk. Dan dia terkejut begitu mendengar aku mengatakan present saat namaku disebut.
“ kemajuan yang bagus, Mr. Bieber. “ ucapnya.
Dan hari itu aku lalui dengan cukup tidak menyenangkan. Karena aku begitu ketinggalan banyak pelajaran. Aku pun memutuskan untuk meminjam beberapa buku di perpustakaan, dan mempelajarinya selama sisa 2 minggu ini.
Selama dua minggu aku benar- benar berusaha untuk bisa belajar.
####
Malam ini sunyi. Semua orang sedang pergi. Dan dan mom pergi dengan urusan mereka sendiri. Sedangkan Lily dan Ann ada latihan piano. Otakku sedang berusaha keras untuk bisa mencerna semua pelajaran itu. Tiba- tiba telepon genggamku bergetar. Kulihat nama Jennifer tertera di layar telepon. Kuangkat dan kudengar suaranya yang ceria.
“ hi, Justin.  Kau... sibuk ya?” tanyanya.
“ yah... begitulah.”
“ mungkin kau butuh sedikit refreshing.”
“ ya... kurasa.”
“ datang ke taman sekarang. Aku sedang ada disana. Di bawah pohon ek. “
“ ok. Aku kesana. Tunggu aku.” Ucapku lalu segera membereskan buku- bukuku dan pergi.
Suasana taman tidak begitu ramai malam ini. Kulihat Jenny duduk sendiri di bawah pohon ek. Begitu melihatku, dia langsung bangkit.
“ hi. Lama tak melihatmu.”
“ ya... me too.” Ucapku langsung memeluknya. Dia balas memelukku.
“ oh ya, what will we do?” tanyaku.
“ ya... whatever. “
“ mau kutraktir burger?” tanyaku.
“ terserah padamu. “ ucapnya seraya tersenyum padaku.
Kami pergi ke kedai dekat taman dan memesan burger serta minuman. Lalu membawanya ke bangku taman di bawah pohon ek tadi, dan makan bersama. Kami bercanda, tertawa, setidaknya dapat menghilangkan penatku. Jenny mengeluarkan sebungkus rokok lalu mengambilnya satu dan menawarkannya padaku.
“ mau?”
“ thanks.” Ucapku seraya mengambilnya satu. Lalu dia menyulut rokok di bibirku dan menyulut rokoknya sendiri.
“ rave tidak begitu menyenangkan lagi. Nathan dan anak buahnya menguasai rave. Mereka menyebalkan.” Ucapnya.
Nathan... nama yang paling aku benci di dunia.
“ Justin.”
“ ya?” sahutku lalu menatapnya. Dia menatapku. Matanya menatap tepat kearah mataku. Lalu wajahnya semakin mendekat padaku. “ please, dont leave me.” Dia berbisik.
“ i’ll never do it.” Lalu dia mencium bibirku. Rasanya aneh karena asap rokok masih ada di mulutnya.
Malam itu, benar- benar malam yang menyenangkan di sela- sela malam- malamku yang menyebalkan.
####
Ujian akhir dilaksanakan hari ini. Aku benar- benar harus berusaha keras untuk menyenangkan hati Ann, dan mungkin sebagian kecil diriku sendiri.
“ good luck justin” ucap Ann.
“ ya, thanks.”
Dan hari itu, aku benar- benar bertarung dengan otakku. Dan hal itu terjadi selama seminggu. Dan setelah ujian selesai, Ann memelukku dan mengecup pipiku.
“ kita tinggal menunggu hasil. Akhirnya kau menyelesaikannya.”  Ucapnya. Kugendong dia di punggungku dan dia tertawa.
“ maafkan aku, aku tidak bisa membuatmu bahagia seutuhnya.” Ucapku dalam hati. Karena malam ini, aku harus menemui Nathan dan memulai operasi lagi.

to be continued..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar