Selasa, 19 April 2011

OUR LOVE
Created By: Bieber Ann Potter
Character: Justin bieber, Chaz somers, Ryan Buttler, Christian Beadles, female Character, Scooter Braun, Pattie

NOTE: Haha... ini akhirnya saya menulis cerita. i hope you enjoy it!
...
When u walk alone and someone come to u…
When u need him or her, they always stay at ur side
When u get down, they’ll do anything for u…
Although…

Pagi awal musim panas begitu menyenangkan. Karena aku bisa bermain sepuasnya di bawah teriknya matahari. Suatu hal yang sangat menyenangkan bagi seorang gadis kecil berusia 6 tahun sepertiku. Biasanya dad akan membuatkanku boneka- boneka lucu dari ilalang yang tumbuh begitu banyak saat musim panas. Sedangkan mom akan membuatkan pancake dan juice- juice segar.  Bisa dibilang, keluargaku begitu cukup bahagia.
Dan pagi itu, kulihat mobil pengangkut barang berhenti tepat di depan rumahku. Tepatnya di depan rumah yang berada di depan rumahku. Rumah itu sudah lama kosong dan kurasa sekarang akan ada peghuninya. Kulihat seorang anak laki- laki berambut coklat pirang keluar dari mobil yang berada di belakang mobil pengangkut barang bersama dengan ibunya.
“Kurasa aku akan punya teman baru yang cukup menyenangkan.” Pikirku
“ kurasa kita harus menyiapkan kudapan untuk tetangga baru kita, harrold.” Ucap mom pada dad yang sedang membaca Koran.
“ ya, akan kubatu setelah aku meyelesaikan Koran ini.” Ucap dad sambil menyeruput tehnya.
Kulihat anak laki- laki itu berjalan keluar pagar disela- sela parapekerja yang sedang mengangkat barang- barang. Aku ingin menghampirinya. Kubuka pintu pagar dan berlari menghampirinya.
“ hei, you.” Seruku. Anak laki- laki itu menoleh kerahku. Matanya yang hampir tenggelam dalam poni panjangnya menatapku.
“ hi”
“ new neighbor?” tanyaku bodoh
“ ya.. I come from Statrford.” Ucapnya
“ wow.. dimana itu tepatnya?” tanyaku dengan lugu.
“ Canada.” Ucapnya pendek
“ aku tahu, kurasa cukup jauh dari sini.”
“ tentu saja. Kami menghabiskan berjam- jam dalam mobil yang membosankan”
“ well, whats ur name?” tanyaku
“ Justin. Justin Bieber”
“ Anna”
“ Anna, what?”
“ Anna Brooklands” ucapku
“ nice to meet u, anna”
“ me too.” Jawabku. “ mau main?” kurasa kau belum kenal siapapun disini akan kukenalkan kau pada Chaz, Ryan, and Chris. They’ll be ur friends too here” ucapku sambil menariknya ke playground dekat rumahku.
“ Chaz, Ryan, Chris, come here. We got the new friend” seruku
Mereka datang dan langsung mengajak Justin berkenalan.
“ Chaz” ucap Chaz memperkenalkan diri.
“ Justin “
Setelah semuanya memperkenalkan diri, kami menarik tangan Justin ke dekat arena bermain.
“ what we wanna playin now?” Ryan ask
“ how about “hide-and-seek”??” usulku.
“ ok, we’ll play it” ucap Chris.
Kami pun bermain hide-and-seek hingga sore, dan kami tertawa bersama.
Malamnya aku ikut bersama orang tuaku mengantarkan kudapan untuk tetangga sekaligus teman baruku. Justin hanya tinggal berdua dengan ibunya, Mrs. Pattie.  Dari yang aku dengar, Mrs. Pattie dan Mr. Bieber telah bercerai sejak Justin berumur  2 tahun. Dan masalah mulai berlanjut, sehingga mereka memutuskan pindah dari Startford. Sungguh malang, pikirku.
Justin masuk ke sekolah yang aku, Chaz, Chris, dan Ryan masuki. Dia sekelas dengan kami. Kami bersahabat semakin dekat. Dan ternyata Justin cukup pintar dalam berbagai mata pelajaran. Selain itu, dia juga pandai bermain terompet, gitar, dan piano. Dan akhirnya aku juga tahu kalau dia juga pandai dalam memainkan drum. Wali kelas kami, Mrs. Cyntia menunjuknya sebagai pemimpin paduan suara kelas.
####
Waktu terus berjalan, dan persahabatan kami semakin begitu dekat. Dan itu semua berjalan hingga SMA. Justin begitu sangat mengagumkan. Dan aku mulai merasakan perasaan yang lain merasuki diriku bila aku bersama dengannya. Perasaan yang selalu membuatku merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Hh… aku piker, aku menyukainya, menyayanginya lebih dari seorang sahabat.
Siang itu, kami semua berkumpul di rumah Justin. Kami mendengar rencananya untuk mengikuti sebuah kontes menyanyi yang diadakan di lingkungan kami. Dan saat kami tiba, kami disambut dengan kue renyah buatan Mrs. Pattie yang sangat kami sukai.
Tapi, Justin masih ada di kamar mandi dan sambil menunggunya kami berempat mengobrol.
“ hei, Chaz, bagaimana pertandingan basketmu kemarin? Kudengar kau bertanding dengan Scooter ” tanyaku
“ ah, payah. Tim Scooter bermain curang. Lagipula tim Chaz tidak cukup tinggi untuk menandingi Scooter. Mereka lebih pendek darinya” jawab Ryan.
“ enak saja. Mereka memang curang. Memang sih mereka lebih tinggi. Tapi tidak begitu ah. Lagipula mereka kan senior. Apa yang bisa kau harapkan sebagai anak kelas satu pecundang?” gerutu Chaz.
Lalu, Justin masuk sambil menenteng gitar acousticnya.
“ maaf lama. Aku butuh waktu beberapa menit untuk merapihkan kamarku.. dan diriku.” Ucapnya lalu duduk dan mulai memetik gitarnya asal. “ mau dengar laguku? Aku membuatnya khusus untuk kalian.” Ucapnya samba tersenyum lebar.
“ tentu. Kami ingin mendengarnya. Iya bukan?” ucapku. Chaz, Ryan dan Chris mengangguk.
“ ok, lets go” ucap Justin mulai memetik gitarnya dengan nada yang begitu disusun indah. Lalu suaranya yang begitu indah mengalun.
When u feel alone
Don’t be sad
They’ll come to you
Your friends
They’ll come to you
Bring the sad gone
Make smile on your face
Make u laugh
Cause they’re ur best friend
Ur best friend forever…
Dan dia terus mengalunkan lagu itu. Dengan suaranya yang bagai malaikat di telingaku. Dan saat lagunya akan berakhir, dia memandang kami semua dan menyebutkan nama kami satu ersatu.
“ they’re Chaz, Ryan, Chris, and Anna… my best friend forever…” dan lagunya pun berakhir.
“ kapan lombanya akan diadakan?” tanya Ryan.
“ tanggal 1 maret nanti. Tepat saat ulang tahunku yang ke 14. “ jawab justrin dengan senyum mengembang di wajahnya. Dan itu membuatku benar- benar… tanpa terasa pipiku memerah.
“ hei, ada apa Anna?” tanya Chist.
“ no.. nothing.”
Dan kami terus bergurau hingga hari hampir gelap.
###
1 maret…
Kami semua sudah siap untuk pergi ke tempat Justin akan melakukan pertunjukkan. Justin begitu gugup dan begitu pula kami. Kegenggam tangan Justin yang terasa dingin dan sedikit bergetar. Dan dia memandangku.
“ im sure, it’ll be ok. Im sure u can.” Ucapku sambil tersenyum. Dia balas meremas tanganku dengan jemarinya yang berkeringat.
“ thanks” ucapnya.
Sesampainya di gedung pertunjukkan, Justin langsung menuju belakang panggung tempat para peserta berkumpul. Sedang aku dan yang lainnya duduk di bangku penonton yang paling depan.
Menit demi menit berlalu. Kami saling menautka jri dan berdoa agar Justin dapat melakukan yang terbaik. Dan tak lama, gilirannya dimulai. Dia menyanyikan lagunya dengan penghayatan yang begitu membuatku terpukau. Mrs. Pattie merekamnya dan juga merasa bangga akan putranya. Justin begitu sempurna malam ini.
Setelah semua peserta tampil, peserta diperbolehkan untuk duduk di bangku penonton. Kami menyabut Jutin dengan senyum lebar di wajah kami.
“ that was perfect.” Ucapku padanya. Dia membalasnya dengan senyuman.
Pengumuman hasil penilian diumumkan. Kami begitu berdebar- debar. Dan ternyata, Justin berhasil meraih juara pertama. Kami semua memeluknya dengan erat.
“ congratulation” ucap kami padanya.
###
Selang beberapa hari setelah perlombaan, Justin mendapat tawaran untuk bekerja di kafe yang cukup terkenal di kota sebagai penyanyi paruh waktu.
“ kau akan menerima tawaran itu?” tanyaku pada justin saat kami berdua merjalan- jalan di taman. Chaz, ryan, dac Chris sedang ada urusan, sehingga kami hanya tinggal berdua.
“ entahlah. Tapi kurasa ya. Ini kesempatanku buka? “ jawabnya.
“ ya.” Aku memandang mata coklatnya yang begitu indah. Dia balik menatapku.dan pipiku mulai bersemu merah. Kupalingkan wajahku agar dia tak bisa melihat wajahku yang memerah. Lalu kugenggam tangannya. Mengayun- ayunkannya ringan. Sambil merasakan angin yang lembut menerpa wajah kami.
###
Tepat saat ulang tahun Justin yang ke 16, kami semua mengajaknya pergi ke taman tempat kami sering bermain waktu kecil melakukan kejutan untuknya dan tertawa hingga perut kami sakit. Saling menempelkan krim kue di wajah teman yang lain. Lalu tiba- tiba, Justin menarik tanganku menjauh dari Chaz, Ryan, dan Chris yang sedang asik sendiri.
“ apa yang…”
“ sttt…’ ucapnya sambil meletakkan telunjuknya di bibirku.
“ aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Ucapnya. “ tapi aku harap ini tidak akan merusak persahabatan kita. Aku ingin persahabatan kita tetap bertahan sampai kapanpun. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku… aku… aku menyukaimu.”
Aku tidak percaya dia menyatakan hal itu. Selama ini, kukira hanya aku yang menyukainya. Kukira selama ini rasa yang aku rasakan hanya bertepuk sebelah tangan.
“ Justin…”
” maaf kalau aku terlalu terburu- buru dan tak memikirkannya lebih lanjut. Tapi, setidaknya aku telah mengatakannya. Tidak apa kalau kau tak menerimaku…”
“ aku menerimanya” tanpa terasa kata- kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“ benarkah?”
“ hmmmm.” Ucapku sambil tersenyum. Lalu, Justin mendekatka wajahnya kearahku dan mencium pipiku dengan lembut. Aku tersenyum dan memandang lurus ke mata coklatnya yang juga mentapku.
Namun, tiba- tiba Chaz dan Ryan menempelkan krim ke wajahku dan Justin. Sementara Chris hanya tertawa melihat kami.
“ sedikit krim untuk hari jadian kalian” ucap Chaz.
Kami semua tertawa.
###
Kebahagiaan kami tak berlangsung lama. Justin mengalami musibah. Ibunya, Mrs. Pattie mengalami kecelakaan yang serius dan keilangan banyak sekali darah. Justin tak henti- hentinya menjaga ibunya dan berusaha agar ibunya cepat sembuh. Namun, ternyata nasib berkata lain, Mrs. Pattie meninggal tepat saat Justin berhasil menyeleaikan ujian SATnya.
Justin begitu shock. Karena ibunya adalah satu- satunya kerabat yang dia miliki. Seluruh keluarga justin dari ayahnya sudah benar- benar memutuskan hubungan, sedangkan keluarga dari ibunya sudah tidak ada karena Mrs. Pattie adalah anak tunggal sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal sejak lama.
Juatin begitu shock hingga tak mau bicara. Dia selalu mengurung diri di kamarnya. Tidak mau makan, minum, apalagi berbicara dengan kami. Kami begitu prihatin padanya. Wajahna selalu terlihat kusut, dengan mata yang sudah benar- benar kehilangan kehidupan.
Walau akhirnya kami berhasil menyuruhnya makan barang sedikit, tapi kami belum berhasil membuatnya berbicara. Jika kami mengajaknya berbicara, yang dilakukannya hanya menatap kami kosong atau hanya menatap lurus kebawah sambil memegangi lututnya di depan dada.
“ Justin… kumohon… bicaralah padaku. Aku tahu kau sedih kami juga turut sedih … tapi kumohon…. Jangan menyiksa dirimu sendiri” ucapku. Justin hanya diam. Kupeluk erat tubuhnya dan dia tak membalas pelukanku. Matanya hanya memandang kosong. Aku menangis di pundaknya yang begitu kaku.
###
Sudah hampir tiga bulan Justin benar- benar tak mau bicara. Kesedihannya belum juga hilang. Aku tahu, dia mengalami kehilangan yang begitu menyedihkan. Ditinggalkan orang satu- satunya yang dia miliki. Tapi aku juga prihatin melihatnya. Berkali- kali saat tengah malam disaat aku sedang menungguinya, dia membenturkan kepalanya ke dinding. Aku mencoba menariknya, tapi tenaganya jauh lebih kuat dariku.
 Justin benar- benar terlihat seperti mayat hidup. Kulitnya benar- benar pucat karena tak pernah tersentuh sinar matahari sekian lama. Rambut coklatnya berantakan tak terurus dan matanya begitu hampa.
Orang tuaku memutusan untuk menanggung hidup justin atas permintaanku. Dan mereka dengan senang hati menerimanya. Aku dan orang tuaku selalu berusaha membuatnya buka mulut dan ‘mengembalikannya ke dunia’. Tapi, lagi- lagi usaha kami sia- sia.
Namun, suatu malam, saat aku setengah tertidur di samping ranjangnya, dia menyelimutiku dengan slimut yang ada di kasurnya. Aku kaget menatapnya dan langsung memeluknya, yang kali ini dibalas olehnya.
Keesokan harinya, Justin sudah mulai membenahi dirinya. Kurasa, Justin ingin bangkit dari kesedihan. Namun, dia masih belum juga mau bicara.
“ Justin, kumohon, bicaralah padaku.” Ucapku sambil menggenggam tangannya. Justin memandagku untuk sekian detik kemudian mulai membuka mulutnya dan mencoba bericara. Namun, tak terdengar apapun. Kurasa lidahnya kelu. Tapi, hingga sore kami mencoba, tak ada suara yang keluar dari mulut Justin, kecuali bisikan kecil yang hampir tak terdengar.
Haruskah ini terjadi padanya? Haruskah dia kehilangan suaranya yang begitu indah?
Malamnya aku dan orang tuaku membawa Justin ke rumah sakit. Dokter bilang, Justin kehilangan suaranya akibar pita suaranya yang berfungsi kurang baik karena dia hamper tak pernah megguakannya selama 3 bulan. Dokter bilang, suara Justin akan pulih dalam waktu yang cukup lama. aku begitu sedih. Namun, kurasa Justin lebih tabah dariku. Dia sudah kembali menjadi dirinya.
###
Aku mengajarinya beberapa bahasa isyarat yang aku pelajari di internet, dan dia berkomunikasi dengan notenya.begitu pla denga Chaz, ryan da Chris. Namun, akhir- akhir ini, Justin sering memegangi kepalanya dan meringis kesakitan.
“ what happen?” tanyaku
“ no prob.” Tulisnya di note.
Namun, akhirnya kukethui ternyata Justin mengidap kanker otak stadium 1. Karena aku tak sengaja menemukan surat keterangan dokter di meja belajar kamarnya.
“kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku?”
“ aku.. tidak ingin kau khawatir.” Digerakkan tangannya mengatakan dalam bahasa isyarat dengan tangan gemetar. Kemudian dia memelukku dan membiarkan air mataku jatuh di pundaknya.
###
Sore itu, Justin menemaniku pergi ke toko alat lukis untuk membeli kanvas. Akhir- akhir ini aku mulai bersemangat lagi untuk melukis, setelah bertahun- tahun aku tinggalkan. Hasilnya tidak begitu buruk.
Sore yang indah dan banyak orang keluar untuk sekedar berjalan- jalan. Dan sesuatu terjadi. Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi mengarah kearahku, namun, sebelum mobil itu menyentuhku seseorang mendorongku, dan aku melihatnya. Justin terpelanting dan mendarat diatas aspal jalanan yang keras. Darah membanjiri kaus dan wajahnya. Aku langsung menghampirinya. Menatap wajahnya yang berlumuran darah, namun matanya tetap terbuka. Air mataku mengalir deras dan segera kutelepon 9-1-1. Tak lama, ambulance datang dan membawanya ke rumah sakit.
Kutelepon ayah dan ibuku dan memberitahukan apa yang terjadi. Mereka bilang akan segera kesini setelah urusan mereka selesai. Dan setelah 2 jam, tepat saat orang tuaku tiba, dokter keluar.
“ bagaimana keadaannya?” tanyaku.
“ lukanya cukup serius. Tapi kami berhasil menyelamatkannya. Anda boleh melihatnya sekarang.” Ucap dokter.
Aku masuk ke ruangan tempat justin berada. Justin tergeletak tak berdaya diatas kasur dengan perban melilit kaki, tangan, serta bagian atas kepalanya. Matanya menutup dan bibirnya terkatup rapat. Aku berharap akan tetap dapat melihat mata coklat dibalik kelopaknya serta senyum yang tersungging dibibirnya.
Beberapa saat kemudian, Chaz, Ryan, dan Chris datang. Namun, mereka tak bisa menunggui hingga malam karena ada pekerjaan tambahan. Karena mereka semua mempunyai pekerjaan sampingan. Aku maklum dan membiarkan mereka pergi.
Dan malam itu, kulihat Justin mulai membuka mata dan aku menggenggam tangannya. Air mataku mengalir, dan dia tersenyum lemah padaku. Dan kudengar bisikan kecil. “ don’t cry”
“ Justin… u’re talkin. It’s a miracle” ucapku. Dia membalasnya dengan  senyuman lemah.
“ don’t cry..” bisiknya lagi dengan susah payah.
“ ya… Im not cryin” ucapku sambil menghapus air mata.
 namun, disaat semua kebahagiaan itu berlangsung, Justin mengalami kolaps, dokter dan suster memeganginya. matanya tetap terbuka. tadinya kukira Justin akan benar benar pergi. tapi, dia mengedipkan matanya dan mata itu akhirnya tertutup lagi dan dia bernafas dengan teratur.
Dan saat dia sudah sadar, dia menyuruhku duduk disampingnya. dia meletakkan tanganku diatas dadanya, tepat diatas jantungnya yang berdetak lemah.
" promise.." bisiknya lemah dengan susah payah. jari  kelingkingnya bertaut dengan jari kelingkingku.
" promise, u'll love me.."
" i always loved u.." ucapku.dia tersenyum kearahku dengan lemah. kemudian mulai memejamkan matanya. dan kurasakan detak jantungnya mulai melemah dan akhirnya berhenti dan monitor jantungnya bergaris lurus. aku menangis diatas dadanya yang dingin. menangis diatas dadanya yang telah tak berdetak.
" i always loved u... forever.. forever..."

the end.
end notes: sorry, kalau ceritanya kurang bagus. haha... :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar